Senin, 14 Mei 2012

Sosok Dian-Idol di Mata Keluarga



Duo Ini Pastinya Akan Berbeda


Satu finalis Indonesian Idol 2012 yang cukup menyita perhatian juri dan masyarakat adalah Dionisius Agung Subagyo yang kerap disapa Dion. Namanya mulai dikenal karena potensi terpendam dalam dirinya yang mulai terungkap. Suara dan parasnya yang menawan patut membawanya hingga sepuluh besar terbaik Indonesian Idol 2012.
Prestasi yang diraih pria kelahiran Temanggung, 30 April 1986 tersebut tidak dicapai dengan cara instan. Dukungan, didikan dan dorongan dari keluarga ternyata adalah salah satu kunci dibalik prestasi yang membuat keberhasilannya.
Tribun Jogja (grup Tribunnews.com) berkunjung ke rumah Dion di komplek perumahan Griya Sokaraja Permai, Purwokerto, Selasa (24/4/2012).  Lucia mengijinkan Tribun Jogja masuk dan berbincang ringan bersama Lucia dan suaminya yang tidak lain adalah ayah Dion, Untung Subagyo.
Mengawali cerita, ayah Dion, Untung Subagyo mengatakan bahwa Dion sering berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti Ayahnya yang mempunyai pekerjaan sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil waktu Itu.
"Dulu sering pindah-pindah mas, Dion lahir di Temanggung, TK di Magelang, SD di Jogja, SMP Pekalongan dan SMA sampai sekarang di Purwokerto," kata Untung.
Sejak kecil Dion sudah dididik oleh ayahnya untuk selalu selalu disiplin. Hal itu tercermin ketika Dion diajak ayahnya bermain tenis. Bahkan dari olahraga itu, Dion sempat menjadi juara tenis tingkat daerah dan provinsi.
"Dulu awalnya Dion hanya ikut saya bermain tenis, saya lihat dia berbakat, lalu saya melatihnya dengan santai tapi tetap menjunjung disiplin tinggi," tambah Untung.
Disiplin yang dimaksudnya adalah tertib ketika ada jadwal latihan dan tertib ketika harus beristirahat. Sempat suatu hari Dion mengikuti kejuarann tenis tetapi orang tuanya tidak mampu membelikannya raket khusus anak. Jadi mau tidak mau Dion harus memakai raket milik orang dewasa yang ukurannya lebih panjang dan lebih barat.
"Bahkan dulu saya mengantar Dion dari Pemalang ke Jogja untuk ikut kejuaraan tenis naik motor sambil membawa peralatan tenis, padahal peserta yang lain naik mobil," tutur Untung.
Hingga Dion dewasa pun, ia tidak pernah bersikap manja kepada kedua orang tuanya. Ia terbilang pendiam dan sedikit bicara. "Dion itu anaknya pendiam, bicara kalau seperlunya saja," sela Lucia, ibu Dion.
Sikap Dion yang pendiam tidak lantas menjadikannya tidak punya teman. Dion justru mempunyai banyak teman sejak ia sekolah hingga ia kuliah Manajemen Informatika di salah satu perguruan tinggi di Purwokerto.
Ketika kuliah, sikap kemandirian Dion semakin tampak. Meskipun jarak kampusnya tidak terlalu jauh dari rumahnya namun Dion memilih mengontrak sebuah rumah bersama teman-teman kampus dan band-nya.
Dion jarang pulang bukan tidak beralasan. Sambil kuliah, Dion telah memulai berbagai usaha untuk mendatangkan uang tanpa harus meminta orang tua, padahal jika dilihat, kini orang tua Dion termasuk kecukupan.
Dari penuturan ayahnya, Dion telah mencoba berbagai bisnis dan pekerjaan, dimulai dari sales sepeda motor, sopir, jasa foto ketika wisuda dan manggung ke berbagai tempat bersama band-nya.
"Kesibukan Dion itu sangat positif, malah bisa mendatangkan uang, saya jadi ikut bangga, mungkin berawal dari kerja kerasnya itulah dia bisa sampai masuk sepuluh besar," kata Untung.
Menurut Lucia, hal yang unik dari putranya adalah bahwa Dion suka memberi kejutan. Pernah suatu ketika Lucia ulang tahun, ia diberi kue oleh Dion, padahal sebelumnya Dion diam saja. Dion juga pernah memberikan bunga kepada Lucia ketika hari ibu.
Di mata tetangga, Dion dan keluarga termasuk disenangi. Keluarga Dion dikenal sebagai keluarga yang ramah dan gemar berkegiatan sosial.
"Mas Dion itu orangnya pendiam tapi ramah, kalau lewat depan rumah saya pasti tersenyum sambil menyapa saya," kata Pujiati, tetangga Dio.
cr: tribunews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar